Jumat, 17 Maret 2023

BENARKAH POLITIK ITU KOTOR

By Andi Jaya Matondang


Dalam pandangan Islam, berpolitik itu masuk dalam BAB "Fiqih Siyasah".

Kata siyasah secara etimologis merupakan bentuk masdar dari sasa, yasusu yang artinya mengatur, mengurus, mengemudikan, memimpin dan memerintah. 

Pada hakekatnya Siyasah itu adalah Penetapan suatu bentuk kebijakan yg dilakukan oleh seorang Pemimpin.

Pengertian siyasah secara kebahasaan ini mengisyaratkan bahwa tujuan siyasah adalah mengatur dan membuat kebijaksanaan atas sesuatu yang bersifat politis untuk mencapai sesuatu.

Dalam mengatur sesuatu itulah sering terjadi perbedaan dalam sudut pandang personal² yg ada di dalamnya.

Perbedaan yg dimaksud tentu dilatarbelakangi oleh berbagai aspek kepentingan, yang bisa saja kepentingan itu bersifat hasanah, demi kebaikan organisasi politik tersebut. 

Walaupun terkadang kepentingan itu bisa jadi bersifat Sayyiah demi memecah belah atau merusak tatanan yg sdh baik dalam organisasi tersebut.

Berbicara siyasah dalam politik Islam, para ulama islam sepakat,bahwa Islam itu tidak bisa dilepaskan dari siyasah dalam berpolitik. Itu menunjukkan Islam itu agama yg sempurna sebagaimana Allah berfirman dalam QS. 5 ; 3. 

اَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ الْاِسْلَامَ دِيْنًاۗ

Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu.

Kesempurnaan islam itulah, yang menjadikan perbedaan sudut pandang adalah Rahmad bagi manusia yang berakal. Karena dengan perbedaan itu, akan menghasilkan sesuatu yang akan jadi Indah pada waktunya. 

Bila perbedaan itu,dianggap sesuatu yang menghambat tujuan, maka seharusnya, masing² pihak yg berbeda pandangan itu harusnya mencari solusi atau jalan keluar dengan bermusyawarah, agar hal yg menjadi perbedaan itu terselesaikan sehingga menghasilkan frame baru dari konsep membangun tujuan dan membersamai tujuan dengan "hati yang lapang". Sebagaimana Allah berfirman dalam QS.3 ; 159

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ

Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakkal.

Bila masing² pihak yg berbeda pandangan, merujuk ayat diatas, maka disitulah Rahmad Allah akan turun.

Sehingga organisasi yg menjadi tempat berkumpulnya orang² yg berlatarbelakang banyak  perbedaan menjadi suatu keberkahan tersendiri bagi organisasi tersebut, menjadi pelangi indah bagi siapapun yg berada di dalamnya.

Bukankah Rasulullah Shollallohu Alaihi Wassalam, membangun Peradaban dunia ini, berasal dari begitu banyak orang² yang berlatarbelakang "berbeda"..?

Ada Abu Bakar bin Shiddiq RA orang tua yang Bijak, ada Umar ibnu Khatab RA manusia bertabiat kasar,kuat dan tegas, ada Usman ibnu Affan RA orang kaya yang dermawan dan ada Ali bin Abi tholib RA, seorang pemuda yg cerdas serta ada Bilal bin Robbah RA, pemuda badui, hitam legam tapi keimanannya sekeras batu karang.

Jadi sesungguhnya Makna Rahmad Allah dalam perbedaan pandangan itu haruslah dimaknai NIKMAT ALLAH. 

Kalau kita memandang perbedaan itu sebagai bagian dari Rahmad Allah untuk mendapatkan Nikmat Allah dan mensyukurinya, maka Allah akan meninggikan derjad orang² yg memahami perbedaan itu. Sebagaimana Allah berjanji dalam QS.  14; 7.


وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.”

Tidak ada perbedaan yg tidak bisa diselesaikan, dan tidak ada Konflik yang tidak ada solusinya. Yang terpenting dari itu semua, jadikan perbedaan dan konflik itu adalah dalam upaya menuju KETAQWAAN kita kepada Allah Azza Wa Jallah, sehingga murka Allah tidak jatuh dan menimpa kepada orang² yg berbeda dan berkonflik. 

Sesungguhnya Allah, ingin menguji orang² yg berbeda dan berkonflik itu, apakah mereka Bertaqwa dan bersabar atau tidak,

ketika terjadi perbedaan dengan mengembalikan semua urusan perbedaan itu kepada Allah.... 

Bila mereka berhasil menahan diri dan bersabar atas ujian itu, maka Allah mengatakan.QS. 2 ;157


 اُولٰٓٮِٕكَ عَلَيۡهِمۡ صَلَوٰتٌ مِّنۡ رَّبِّهِمۡ وَرَحۡمَةٌ‌ وَاُولٰٓٮِٕكَ هُمُ الۡمُهۡتَدُوۡنَ


Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.

Jadi Politik itu tidak Kotor, politik itu bersih karena ada Rahmad dan Nikmat Allah disitu.

Oleh sebab itu politik harus diisi dengan kebersihan hati, kejernihan berpikir, keindahan lisan, ketaqwaan berprilaku,bersikap dan bertindak. Maka Allah Azza Wa Jallah akan membalasnya dengan ketinggian derajad orang² yg berada di dalamnya

Masya Allah......

Binjai 17 Maret 2023.

Senin, 20 Februari 2023

Anies, Amien Rais dan Partai Ummat

 Anies, Amien Rais dan Partai Ummat

Oleh Yusuf Blegur - Mantan Presidium GMNI 

Partai Ummat menggeliat dalam panggung politik pilpres 2024. Dengan mendukung Anies sebagai capresnya, Amien Rais memberi sinyal, betapapun sekulernya negara, Indonesia tak bisa dipisahkan dari keberadaan Islam dan umatnya. Mempertahankan Pancasila, UUD 1945 dan keberlangsungan NKRI, menjadi identik dengan  umat Islam yang telah menjadi rahim dari kelahirannya.

Momen perjumpaan  Anies Baswedan dan Amien Rais pada Rakernas Partai Ummat hari Selasa tanggal 14 Februari 2023, menjadi penting dan strategis. Pertama, penting bagi Anies karena bertemu dengan sosok yang kuat  secara personal maupun kepartaian. Kedua, strategis bagi Amien Rais karena partainya mendeklarasikan Anies sebagai capres potensial. Pertemuan keduanya seperti merangkai lokomotif dan gerbong yang terpisah. Anies dan Amien Rais memberi sinyal ada dinamika dan konstelasi politik yang sedang dibangun untuk menyatukan jarak yang lebar antara pemimpin dan rakyatnya.

Amin Rais bersama partai Ummat, bukan saja hanya sekedar berupaya melakukan konsolidasi warga Muhamadiyah. Lebih dari itu figur penting yang berkorelasi  dengan bergulirnya era reformasi, tak ubahnya sedang membangun kekuatan umat Islam yang selama ini terpinggirkan dari panggung politik. Sementara Anies menjadi figur pemimpin yang dianggap nasionalis namun bisa mewakili kepentingan umat Islam. Antara Anies dan Amien Rais telah menjadi konfigurasi politik tertentu yang disinyalir signifikan memengaruhi pilpres 2024. Kiprah politik Amien Rais tak bisa dipandang sebelah mata, termasuk potensi dalam urusan menyiapkan transisi pemerintahan rezim kekuasaan sekarang. Akankah kolaborasi Amien Rais dan partai Ummatnya bersama Anies serta kekuatan kebangsaan lainnya bisa mewujudkan agenda perubahan?.

Amien Rais yang pernah menjadi Ketua Umum PP Muhamadiyah, merupakan figur sentral yang ikut menentukan arah reformasi. Kepiawaian politiknya terlihat saat mendorong Gus Dur menjadi presiden Indonesia lewat strategi poros tengah meski figur Megawati dan PDIP begitu kuat saat itu. Amien  Rais yang menjadi pendiri sekaligus ikut membesarkan PAN, kini  dengan partai Ummat  yang mendukung Anies sebagai capresnya, seperti sedang menyusun skenario pergantian pemimpin dan sistem demi kehidupan yang lebih baik bagi negara, bangsa dan seluruh rakyat Indonesia. Anies dan Partai Umat yang sama-sama tidak disukai dan diinginkan kehadirannya oleh rezim kekuasaan, menyatu dengan koalisi perubahan yang lebih dulu dipelopori Partai Nasdem, Demokrat dan PKS.

Anies dan Amien Rais, tak hanya dalam kebersamaan partai Ummat. Keduanya juga benar-benar sedang menghimpun kekuatan rakyat yang kini terancam kedaulatannya. Amien Rais dan partai Ummat terlihat bersemangat dan antusias, tak tinggal diam  berkontribusi ikut menyelamatkan Pancasila, UUD 1945 dan NKRI dari bahaya oligarki dan aneksasi bangsa asing yang kapitalistik dan komunis. Keputusan rakernas partai Ummat yang mendukung Anies sebagai capresnya, menjadi penegasan bahwasanya pemimpin tak bisa mengabaikan rakyatnya. Terlebih pada umat Islam yang bukan sekedar mayoritas, tetapi telah menjadi rahim dari kelahiran negeri bernama Indonesia. Amien Rais dengan kekuatan figur, partai politik dan organisasi Muhamadiyah,  kembali giroh dan istiqomah seraya menjalankan agenda politik Anies, Amien Rais  dan partai Ummat.

*) Bekasi Kota Patriot.16 Februari 2023/25 Rajab 1444 H.

Jumat, 27 Januari 2023

JANGAN DOYANG UTANG

JANGAN DOYANG UTANG

Sumber : Buletin Gaul Islam edisi 796/tahun ke-16 (1 Rajab 1444 H/ 23 Januari 2023)

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat posisi utang pemerintah per 30 Desember 2022 sebesar Rp 7.733,99 triliun. Ini bisa kebayar nggak, ya? Andai setiap penduduk Indonesia kudu urunan untuk bayar utang sebesar itu, berapa kira-kira per orang kudu nyumbang bayarin utang?

Perlu kamu tahu bahwa berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia diproyeksikan sebanyak 275,77 juta jiwa pada 2022. Jumlah tersebut naik 1,13% dibandingkan pada tahun lalu yang sebanyak 272,68 juta jiwa.

Kalo kita mau coba iseng-iseng ngitung, anggap saja utangnya dibulatkan jadi Rp.7.734 triliun. Jumlah penduduk Indonesia pada akhir 2022 lalu, kita bulatkan jadi 276 juta jiwa. Maka, jika setiap orang di negeri ini kudu urunan nyumbang bayar utang, cara ngitungnya begini: jumlah total utang pemerintah dibagi jumlah total penduduk saat ini. Hasilnya, per orang kudu ikut bayar Rp28 jutaan. Waduh, gede juga. Bahkan bayi baru lahir kudu bayar.

Ah, sudahlah. Jangan ngimpi. Udahan mengkhayalnya. Siapa pula yang mau bayarin utang tersebut. Kan bukan kita yang utang, tetapi pemerintah. Iya, kan? Bener juga. Ini sekadar berandai-andai kalo kita semua kudu bayar utang negara. Tapi, apa pada mau rakyat negeri ini disuruh bayar utang negara? Eh, katanya sih ada 11 ribu triliun ya di kantongannya pak presiden. Kalo emang ada, ya tinggal dibayarin aja, sih. Selesai. Wah, tak semudah itu Ferguso! (ini kata orang-orang tertentu yang udah lihat fakta selama ini).

Sobat gaulislam, itu kalo bicara utang negara. Di sekitar lingkungan pertemanan kita aja, urusan utang udah jadi tradisi, udah jadi kebiasaan. Jadi, ya itu hal umum. Nggak istimewa. Eh, bukan begitu cara berpikirnya. Namun, untuk urusan utang di antara manusia aja, pertemanan, kudu jelas dan  tercatat, apalagi utang negara. Kudu detil tercatat, termasuk gimana cara bayarnya. Ngutangnya sih ringan aja kayaknya, tetapi pas kudu bayar biasanya ogah-ogahan. Gali lobang mulu, ngurugnya entar-entar aja. Bahaya.

# Bagaimana jika harus berutang?

Syaikh Sayyid Sabiq menyatakan bahwa qaradh (pinjaman) adalah salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Sebab, dengan qaradh seseorang akan berlaku lembut, menyayangi orang-orang yang sedang ditimpa kesusahan, serta memberikan kemudahan dalam urusannya, dan memberikan jalan keluar dari duka dan kekalutan yang menimpa mereka (Sayyid Sabiq, dalam Fiqh Sunnah, bab al-Qiradh).

Menurut bahasa, al-Qardh bermakna al-qath’u (memotong). Bila dikatakan qaradha asy-syaia, maknanya adalah qatha’ahu (memotongnya). Disebut demikian, karena orang yang meminjamkan hartanya kepada orang lain, telah memotong sebagian hartanya untuk orang lain. Sedangkan menurut pengertian syara’, qaradh adalah; penyerahan harta kepada orang lain yang akan mengambil manfaatnya, untuk kemudian dikembalikan lagi (Dr Abdurrahman al-Baghdadi dan Syamsuddin Ramadhan, Fikih Bertetangga, hlm. 214 dengan mengutip pendapatnya Imam ar-Razi dalam Mukhtasar ash-Shahihah, hlm. 530 dan Abu Bakar al-Jazairi, dalam Minhaaj al-Muslim, bab al-Qardh).

Ya, kita menyadari kok, bahwa tak selamanya manusia itu sukses. Adakalanya, dia harus menerima kenyataan pahit: gagal. Belum pernah ada ceritanya orang yang punya pohon duit, dan tiap hari bisa panen. Ngimpi kali ye. Kalo gitu enak banget. Sebab, para konglomerat aja sebenarnya dia pengutang kelas kakap, lho. Nah, bagaimana jika kita terpaksa harus berutang?

Mudah-mudahan beberapa tips di bawah ini bisa memberikan panduan jika terpaksa harus berutang:

Pertama, jenis utangnya. Kita perlu nih untuk menentukan jenis utangnya. Terutama adalah kebutuhan yang mendesak. Seperti mengutang untuk kebutuhan rumah tangga, misalnya membeli beras, membeli makanan pokok lainnya, berobat, atau hal lain yang sifatnya memang mendesak dan emergency. Jangan sampe kita mengutang sesuatu yang sebenarnya bukan kebutuhan mendesak atau sama sekali bukan yang kita butuhkan saat ini. Misalnya nih, ngutang untuk beli mobil. Padahal, rumah aja belum punya. Untuk makan aja susah. Wew, buat apa tuh mobil, dijual lagi?

Makin tambah ribet deh, tuh. Hal yang bukan mendesak lainnya misalnya bikin atau beli rumah. Waduh, nggak banget deh kalo sampe kudu ngutang, sih. Ribet urusannya, Bro. Kalo mampunya baru kontrak rumah, ya sudah kontrak rumah aja dulu. Nggak perlu memaksakan beli atau bikin rumah. Apalagi jika pemasukannya masih belum jelas. Makin bertambah masalahnya. Ngebul deh tuh ubun-ubun mikirin bayar utangnya. Jadi intinya, tentukan prioritas jenis utang sesuai kebutuhan yang mendesak alias emergency. Bukan untuk memuaskan keinginan, padahal itu belum kita butuhkan untuk saat ini dalam waktu cepat dan sifatnya segera. Di sinilah kita kudu bijak memilih jenis utang yang hendak kita ambil.

Kedua, sumbernya. Ini penting juga. Jangan sampe kita berutang kepada pihak rentenir atau bank yang menerapkan sistem riba. Bahaya besar, Bro en Sis. Itu namanya masuk ke mulut buaya. Bukannya menyelesaikan masalah, tapi menambah masalah baru. Jika pun harus berutang, pilihlah pihak yang mengerti hukum syara. Bisa teman, bisa siapa saja yang kita tahu jati dirinya dengan benar dan baik. Supaya kita berutang tapi tidak menyalahi hukum syara. Ok?

Ketiga, jumlahnya. Ya, jumlah pinjaman harus kita pikirkan dan sesuaikan dengan kapasitas kemampuan kita untuk melunasinya. Jangan berutang dalam jumlah besar, sementara usaha kita selama ini tak memberikan hasil signifikan untuk bisa melunasinya. Artinya, jangan bermimpi punya uang dalam jumlah besar dari hasil mengutang, tetapi kemampuan untuk menutupnya tak sebanding. Itu akan membuat kita kedodoran dan kerepotan saat harus melunasinya. Seperlunya saja, sesuai kebutuhan. Jangan memaksakan berutang dengan jumlah yang besar untuk sebuah keperluan mendesak. Tapi sebenarnya tersimpan niat lain, yakni untuk keperluan lainnya yang kurang produktif atau sekadar memenuhi nafsu konsumtif. Nggak deh!

Keempat, batas waktunya. Ini penting untuk mengukur dan mengatur waktu pengembalian pinjaman. Baik yang mengutang maupun yang memberikan utang harus mencatatnya. Dicatat waktu saat mengutang dan waktu pengembaliannya. Agar masing-masing pihak punya komitmen yang sama dalam kerjasama tersebut.

# Saat kita terpaksa berutang, dan setelah memikirkan serta mempertimbangkan

poin-poin di atas tadi, kita harus memiliki komitmen untuk melunasinya. Jangan anggap enteng utang. Kalo utang yang satu belum lunas, jangan bikin utang lagi. Nggak kerasa lho, tahu-tahu udah segunung deh tuh utang. Kalo nabung masih mending. Nabung sedikit demi sedikit, lama-lama jadi bukit alias banyak. Lha, kalo ngutang? Sedikit demi sedikit lama-lama menjerat dan menenggelamkan kita. Warning tingkat tinggi tuh!

Pastikan ya bahwa kita berutang itu karena terpaksa. Soalnya gini sih, kita sering menyaksikan begitu banyak orang yang berutang bukan karena terpaksa, tetapi karena hobi bin doyan. Waduh! Padahal, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berutang makanan yang menjadi kebutuhannya. Namun, beliau memberikan baju besinya kepada pemberi utang sebagai jaminan agar beliau terbebas dari tanggungan (dari utangnya).

Aisyah radhiallahu ‘anha berkata (yang artinya): “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah membeli makanan dengan cara berutang. Dan beliau menjaminkan baju besinya.” (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Lihat Fathul Baari, 5/53)

Hikmah apa yang bisa dipetik dari perilaku Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini? Ibnu Munir berkata, “Dari hadis ini kita bisa menarik kesimpulan, seandainya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mempunyai uang niscaya beliau tidak akan menunda-nunda (pembayarannya). Begitu juga dengan harga makanan, seandainya beliau mempunyai uang, tentu tidak akan menanggung utang. Karena beliau telah termasyhur dengan akhlaknya yang terpuji, yaitu akan segera mengeluarkan sesuatu yang mesti dikeluarkan.”

Kalo Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam saja khawatir berutang, kecuali dalam keadaan terpaksa, maka tentu saja kita bisa mencontohnya. Sebab, berutang memang kelihatannya enak. Tinggal bilang ke teman dekat atau saudara, duit utangan bisa lancar mengalir. Tapi ingat, lho. Meski ngutang ke teman atau saudara, tetap saja kudu ati-ati. Dan, yang terpenting harus bayar sesuai kesepakatan. Hubungan dengan teman jangan sampe ancur gara-gara kita ogah bayar utang. Catet, lho. Ogah bayar utang, bukan karena memang kita belum punya sama sekali duit untuk ngelunasinnya. Beda persoalannya. Namun dengan alasan apapun, utang tetap harus dibayar.

Mudah-mudahan dengan prinsip yang kita tanam di pikiran dan perasaan kita bahwa utang itu bikin ribet, maka kita akan berhati-hati sebelum memutuskan untuk berutang. Kecuali, dalam kondisi terpaksa. Dalam kondisi terpaksa pun, tetap kita harus pandai memilih dan memilah sebelum berutang. Seperti yang udah disampaikan dalam penjelasan di atas: jenis utangnya; sumbernya; jumlahnya; dan batas waktunya. Supaya apa? Supaya ketika kita berutang nggak nambah masalah. Udah mah utang itu adalah masalah, eh ditambah masalah lain gara-gara salah nyari sumber untuk utang, misalnya. Tentu saja bikin repot, Bro en Sis.

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Sikap qana’ah (merasa puas) dengan yang sudah ada dan tidak risau dengan kemewahan yang berlebihan, insya Allah bisa meredam nafsu kita untuk berutang. Apalagi kemewahan atau harta yang banyak itu seringnya bukan mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala, tetapi malah menjauh. Ini umumnya, lho. Bukan semuanya. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan (kenikmatan) kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS Thaaha [20]: 131)

Dalam sebuah riwayat diceritakan sekelompok orang yang diberikan rezeki oleh Allah Ta’ala berupa harta yang melimpah, kecuali seorang dari mereka. Ketika mereka mulai membangun rumah dengan desain layaknya istana yang besar, maka orang yang tidak diberikan kelebihan rezeki ini tidak mau ketinggalan untuk melakukan seperti yang mereka lakukan. Demi menggapai keinginannya, ia menenggelamkan diri dalam utang yang sangat banyak. Maka, berlalulah bulan demi bulan, dan ia pun mulai merasakan akibat pahit dari utangnya. Jiwanya mulai tertekan. Bahkan konon kabarnya tak tersisa apapun dari rumahnya kecuali sebuah bangunan kecil. Ia hampir saja binasa karena duka dan sesal.

Syaikh Muhammad al-‘Utsaimin rahimahullah pernah mengomentari tentang kisah ini, “Sungguh, aku heran dengan suatu kaum yang sering berutang. Suatu hari pergilah salah seorang dari mereka untuk mencari utang. Setelah mendapatkannya, ia membeli dari si fulan perabotan untuk rumahnya yang melebihi kebutuhannya. Ia juga membeli pakaian dan tempat tidur, hanya karena ingin mengikuti mode. Akan tetapi, sebenarnya ia adalah orang miskin karena banyak utang. Ini merupakan suatu kebodohan: kebodohan akal dan penyimpangan dari agama” (Lihat, Masaail fil Mudayanah Hatta la tughriqud duyuun, Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, hlm. 65, terj.)

Pelajaran yang bisa diambil dari kisah ini adalah bahwa kita tak perlu memberi akses yang luas untuk hawa nafsu. Jangan biarkan keinginan menggebu itu diberikan jalan yang lempang. Ini memang ibarat berpasangan: ada niat ada kesempatan. Ada keinginan melampiaskan nafsu berutang, ada yang mengutangi. Klop. Kisah tadi lebih khusus menyoroti bahwa jangan berutang jika tidak terpaksa sama sekali.

Hehehe.. ini mirip kisah seorang perempuan yang “panasan” sama tetangganya. Tetangganya beli televisi, dia merengek-rengek sama suaminya minta dibeliin televisi sejenis. Meskipun suaminya harus ngutang sana-sini. Begitu tetangganya beli sepeda motor, dia bilang ke suaminya sambil ngancem: “jangan tidur denganku malam nanti kalo aku nggak dibeliin sepeda motor yang sama dengan dia. Syukur-syukur kalo lebih bagus dari dia”. Meski suaminya udah bilang bahwa dirinya nggak punya uang simpanan dalam jumlah banyak, sang istri nggak mau tahu. Karena suaminya masuk member ISTI alias Ikatan Suami Takut Istri, ya dibeliin juga meski kudu nyatut duit kantor yang kebetulan dalam tanggungjawabnya. Weleh-weleh.

Wah, itu namanya ngutang tapi untuk melampiaskan keinginan dan rasa ngiri ingin dianggap mampu dan kaya. Bahaya besar. Sebab, mengutang jadi bukan untuk menutup keperluan yang emergency, tapi lebih karena gengsi dan ingin pamer harta. Percuma dong, ya. Kaya harta tapi hasil ngutang semua. Pake baju bagus, hasil ngutang. Punya sepeda motor keren, hasil ngutang (atau malah hasil korupsi?). Ih, apa nggak malu, tuh? So, pikir dulu deh sebelum ngutang. Kalo cuma untuk gaya-gayaan, buat apa?

Orang lain bisa jadi nggak akan tahu kalo mobil yang kita pake adalah hasil ngutang. Mungkin ada yang nyela: “ini bukan ngutang, tapi kredit!” Yee.. sama aja, Bung! Kredit ya utang juga. Kan bayarnya nyicil. Kalo nggak ngutang namanya cash alias dibayar tunai, baru tuh namanya bukan kredit. Ada-ada saja.

Singkat kata: jangan mudah utang dan jangan doyan utang. Utang pribadi aja bikin ribet, apalagi utang negara. Mengelola potensi kepemilikan agar lebih berdaya jauh lebih masuk akal, ketimbang mengemis minta utang. Catet, ya. Sebab, utang akan menenggelamkan pelakunya dalam kesulitan. Waspadalah! []

Selasa, 13 Desember 2022

DAFTAR NAMA GROUP WHATSAPP YANG TERPANTAU

DAFTAR NAMA GROUP WHATSAPP YANG TERPANTAU :

UNTUK WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR - DESEMBER 2022


DPW JARNAS KALTIM = KHUSUS PENGURUS

JARNAS ABW KALTIM = KHUSUS UMUM

JARNAS ABW SAMARINDA - SK PENGURUS ADA

JARNAS SAMARINDA UTARA

JARNAS SEMPAJA UTARA

JARNAS BONTANG

JARNAS KUKAR

JARNAS BALIKPAPAN - SK PENGURUS ADA - DEKLARASI SUDAH

JARNAS KUTIM - SK PENGURUS ADA -

JARNAS PASER

JARNAS MAHULU

JARNAS BERAU - SK PENGURUS ADA -

JARNAS ABW MUARA BADAK

JARNAS PPU BELUM ADA

JARNAS KUBAR BELUM ADA


FORKOM ABW KALTIM

FORKOM ABW BALIKPAPAN

FORKOM ABW SAMARINDA

FORKOM ABW KUTIM

FORKOM ABW BERAU







Kamis, 17 November 2022

POSTINGAN LANGSUNG ANIES BASWEDAN

Merupakan sebuah kehormatan untuk dapat menyambut kembali Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Ambassador Sung Yong Kim di sela-sela kesibukan menyongsong G20 di Nusa Dua. 

Pada pertemuan kali ini, kami bertukar pikiran tentang kondisi demokrasi dan percaturan global, perkembangan terkini di tanah air, situasi ekonomi dunia, serta berbagi cerita tentang transformasi yang terjadi di Jakarta selama lima tahun terakhir. Diskusi yang hangat, bersahabat dan saling mencerahkan. 

Indonesia dan Amerika Serikat adalah dua negara besar yang telah menjalin hubungan di berbagai bidang, seperti pertahanan, keamanan, ekonomi dan perdagangan. Hal ini menjadikan Indonesia partner strategis bagi Amerika Serikat dan sebaliknya.

Semua berharap Indonesia makin aktif dalam berpartisipasi dalam upaya diplomasi lintas negara untuk menghadapi berbagai tantangan dunia hari ini. Seperti yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945, kita berikhtiar untuk terus ikut terlibat dalam upaya menjaga perdamaian dunia.



https://www.facebook.com/100044190800902/posts/pfbid0hWVFjhU5FhhRNRZFC9tShGufmutKL2WRHr2wUrVRnEQMCkyEQYeCyVZf6EZMxiEQl/?mibextid=Nif5oz

Jumat, 11 November 2022

DEFENISI DAN ARTI FORKOM ABW

 1. Forum Komunikasi Antar Jaringan Relawan ABW (FORKOM) adalah forum temu tempat berkumpulnya para simpul jaringan relawan ABW dalam berbagi informasi, alat peraga kampanye, keahlian dan berbagi sumber daya lainnya.

2. FORKOM menekankan pada  azas FUNGSI & KEMANFAATAN-nya bagi anggota, bukan mengandalkan pada struktur. Secara natural simpul akan tinggal & tetap bergabung di FORKOM jika merasa mendapat manfaat. Sebaliknya, simpul akan keluar jika tidak mendapat manfaat dari FORKOM. Karena itu para simpul anggota FORKOM didorong untuk berbagi informasi yang bermanfaat dan berbagi sumber daya.

3. FORKOM menerima bila ada forum-forum komunikasi antar simpul relawan lain. FORKOM tidak menuntut simpul anggota untuk single membership. Namun sebagai bagian dari etika, simpul tidak diperkenankan berbagi informasi tentang forum lain di wag FORKOM.

4. Di dalam FORKOM, semua anggota berkedudukan sederajat, duduk sama rendah berdiri sama tinggi. FORKOM tidak memfungsikan diri sebagai struktur di atas simpul, karena itu FORKOM tidak punya struktur organisasi. Yang ada hanya admin yaitu: ABCenter, ABClub, Jarnas, Garnies, Mileanies, Payung Anies, Sobat Anies Putih. Yang menjadi inisiator awal berdirinya FORKOM.

5. Kegiatan-kegiatan bersama FORKOM dapat diinisiasi & dibiayai oleh simpul anggota atau individu dan disampaikan kepada tim Admin untuk dieksekusi dengan membentuk kepanitiaan. Mekanisme kepanitiaan diserahkan kepada pengusul dan admin. Para simpul dapat ikut atau tidak ikut dalam kegiatan bersama FORKOM. Bebas.

6. Dalam setiap kegiatan bersama FORKOM, tidak ada seorang anggotapun yang dapat berbicara ke luar atas nama FORKOM. Anggota berbicara atas nama simpul mereka sendiri sehingga jelas pertanggung jawabannya.

7. FORKOM memiliki Kode Etik yang sudah dibuat & disepakati bersama dalam Munas I & II FORKOM. Simpul anggota didorong untuk menyosialisasikan & melaksanakan Kode Etik di simpul masing-masing.

8. FORKOM memiliki Dewan Etik yang berfungsi membantu FORKOM berfungsi lebih maksimal dan memberi manfaat lebih banyak kepada anggota. Dewan Etik juga dapat diminta fasilitasi jika ada ketidaksepahaman antar anggota. Anggota Dewan Etik Forkom yi: Chozin, Jhon Odius, Aman Ma'mun, Ramadhan Pohan, Tatak Ujiyati. Sila manfaatkan demi kepentingan membesarkan simpul.

9. Untuk memastikan keamanan FORKOM, admin membuat pertanyaan screening sebelum menerima simpul menjadi anggota. Hanya simpul yang lolos screening dapat menjadi anggota WAG FORKOM.

10. Simpul Anggota FORKOM secara bersama-sama dapat membentuk FORKOM provinsi, FORKOM wilayah, FORKOM Kab/Kota tergantung pada kemanfaatnnya. Nama yang dipakai harus dengan nama FORKOM diikuti dengan nama daerah. Admin FORKOM tidak tunggal, diupayakan berasal dari simpul-simpul anggota yang berbeda.

11. FORKOM berprinsip merangkul tidak memukul. Sepanjang komitmen simpul masih bergerak untuk ABW Presiden maka FORKOM tidak akan mengeluarkan anggota. Pengecualian dikenakan pada simpul yang dinilai berbahaya bagi gerakan pro ABW admin akan mengeluarkannya.

12. Tiap simpul dapat mengusulkan beberapa orang anggotanya untuk menjadi anggota FORKOM. Namun semua orang yang sudah berada di wag FORKOM tidak akan dikeluarkan, kecuali dianggap kontra produktif bagi gerakan.

13. Posting info/komentar di wag FORKOM hendaknya mempertimbangkan kemanfaatannya bagi anggota lain dalam gerakan pro ABW. Posting yang tidak sejalan dengan maksud wag untuk gerakan pro ABW akan dihapus oleh admin.

Jakarta, 10 Nov 2022
Admin FORKOM

Senin, 07 November 2022

Catatan Kegiatan DPW Jarnas ABW Kaltim

5 November 2022.
Hotel The Djakarta Samarinda
Jam : 16.00 s.d. 18.00
Pertemuan Perdana FORKOM ABW KALTIM
RAPAT KOORDINASI DAN TANDA TANGAN PAKTA INTEGRITAS ANTAR SIMPUL ABW KALTIM.
PESERTA YG HADIR :
1. DPW. FORNAS KALTIM
2. DPW. JARNAS KALTIM
3. DPW. BARNIS KALTIM
4. DPW. SOBAT ANIES KUNING
5. DPW. SOBAT ANIES PUTIH
6. DPW. ANIES KALTIM
7. DPW. RAP24 KALTIM
8. DPW. SIFA KALTIMTARA
9. DPW. GAPURA KALTIM
10. DPW. REBOBA KALTIM

BENARKAH POLITIK ITU KOTOR

By Andi Jaya Matondang Dalam pandangan Islam, berpolitik itu masuk dalam BAB "Fiqih Siyasah". Kata siyasah secara etimologis merup...